Keinginan kadang tak sama dengan kenyataan, begitulah hidup. Mengapa aku mencintai orang yang nggak pernah mencintaiku, tapi mengapa tuhan?? Mengapa aku nggak bisa mencintai orang yang tulus mencintaiku??.
Cinta adalah bahasa hati yang nggak bisa di ungkapkan dengan perkataan, cinta itu adalah anugrah Tuhan yang tak ternilai harganya. Cinta adalah hidup dan hidup adalah cinta. Aku menunggu cinta itu datang dan menyapa hatiku, tapi cinta yang ku tunggu masih singgah di lain hati.
Aku bagaikan seekor burung yang terbang dan tak tahu dimana harus hinggap. Masih adakah cinta untukku?? Pertanyaan itu yang slalu mengusik benakku. Adakah cinta yang aku cari datang menghampiriku?? Pertanyaan konyol yang nggak pernah ku temukan jawabannya.
Satu hati datang mengetuk pintu hahtiku dan menawarkan sebuah ketulusan cinta, seperti yang ku duga, aku nggak bisa menerima cinta itu sepenuhnya, aku malah menyia-nyiakannya, meski ku tahu cinta itu tulus untukku, tapi tetap cinta yang aku tunggu, cinta yang masih singgah di lain hati, namun cinta itulah yang masih merajai hatiku.
Aku hidup bersama cinta yang nggak aku harapkan, aku hidup di atas dusta. Dosa terbesar yang pernah aku lakukan, saat hati itu menanyakan tentang cintaku, aku berdusta, aku mendustai hati itu, hati yang tulus memberi cinta padaku. Aku mencoba untuk mencintai hati itu, tapi tetap tak bisa, cinta yang ku tunggu masih singgah di lain hati.
Pahit, pahit yang ku rasa saat cinta yang ku tunggu tak kunjung tiba. Aku mencoba bangkit dan melupakan cinta itu, tapi masih sulit ku rasa. Hati yang penuh dengan ketulusan itu menghampiriku, ia menghapus air mataku, air mata yang jatuh karna cinta yang aku tunggu tak kunjung datang. Ia berkata “cinta itu akan datang seiring dengan bergulirnya waktu, jangan kau teteskan air matamu hanya demi cinta yang bukan untukmu, aku maasih di sini aku menunggu cintamu menyambut cintaku”.
Aku sadar kalau cinta itu memang bukan untukku, tapi salahkah aku jika aku menghrapkan cinta itu, aku percaya suatu saat cinta itu akan berlabuh di hatiku, cinta itu akan datang dan membawaku mengarungi lautan asmara yang tak bertepi. Keyakinan inilah yang membuatku tetap bertahan dalam penantianku.
Hari-hari berlalu, aku bertahan dengan sebuah keyakinan bahwa cinta yang aku tunggu akan datang menjemputku dan membawaku terbang ke langit ke tujuh.
Sampai suatu hari aku mulai mengetri tentang kebodohan yang selama ini ku lakukan, aku sadar ternyata lebih baik dicintai dari pada mencintai, aku menemui hati yang tulus itu dan aku mengizinkannya untuk menemani hatiku dan akhirnya aku dan hati yang tulus itu bersatu dalam cinta.
Hari-hari berlalu penuh kebahagiaan, aku kini menyadari betapa lembutnya hati yang tulus itu, Ia membuatku mengerti tentang sebuah makna cinta. kini aku membiarkan hati yang tulus itu memiliki hatiku. Aku yakin Ia akan menjaga cinta yang telah ku titipkan padanya.
Suatu hari, hati yang tulus itu bertanya padaku, “seandainya ada keegoisan cinta yang datang padaku, apa yang harus ku lakukan??”, aku terdiam sejenak, aku menatap mata hati yang tulus itu, dan kutemukan cahaya bening di matanya, cahaya itu memancarkan cahaya cinta. aku makin terhanyaut dalam kediamanku, sampai akhirnya aku berkata “keegoisan cinta itu nggak akan pernah membawa kebahagiaan, jika keegoisan cinta itu datang padamau aku minta kamu abaikan dan jangan pernah sekali-kali kamu membiarkan keegoisan cinta itu memiliki hatimu, karna hatimu yang tulus itu hanya untukku”.